Apakah anak Anda jadi enggan ke sekolah?
Apakah anak Anda suka berbohong?
Apakah anak Anda suka memberontak?
Apakah anak Anda suka bertindak berlebihan?
Apakah anak Anda suka meledak-ledak emosinya?
Apakah anak Anda merasa sakit (padahal tidak sakit)?
Jangan-jangan anak Anda sedang mengalami stres ☹
Paling tidak ada 6 cara yang bisa dilakukan untuk membantu anak Anda agar tidak mengalami stres atau bahkan mencegah stres yang berkepanjangan. Stres bisa menjangkiti siapa saja, termasuk anak-anak kita. Ketika anak stres, biasanya mereka cenderung menjadi negatif dan tidak maksimal. Oleh karena itu, kita sebagai orang tua sebaiknya bisa menyingkapi dengan bijak, membantu dan atau mendampingi anak-anak kita agar mereka bisa mengatasi stres ini sehingga menjadi maksimal. Mari tetap semangat untuk menjadikan generasi ini menjadi lebih baik! ^^
Salam,
Sally Azaria
(True Parenting Team)
http://trueparenting.co.id/
1. Mengantisipasi
Mengantisipasi sebelum anak menjadi stres. Orang tua bisa meminimalkan terjadinya hal ini dengan mengenal cara berperilaku anak dan memperlakukan anak seperti yang diinginkan anak Anda. Selain itu juga bisa dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan anak seperti yang diinginkan anak Anda. Dengan demikian, Anda sebagai orang tua bisa menghindari terjadinya stres dalam diri anak Anda. Anda bisa mengetahui kecenderungan berperilaku anak Anda dengan cara kunjungi link http://tppt.co.id/penjelasan-tppt/tppt-anak/
2. Mengarahkan
Orang tua perlu memberikan arahan kepada anak-anaknya. Arahan dan penjelasan mengapa begini, bagaimana sesuatu terjadi, mengapa ini perlu, dan sebagainya. Misalnya adalah menjelaskan makna atau mengarahkan sikap positif ketika anak mengalami kejadian tidak mengenakkan yang memang harus diterima, seperti kematian, kehilangan, dan bencana alam. Dengan demikian, anak akan bisa semakin memahami suatu peristiwa dan meminimalkan terjadinya stres pada anak.
3. Memberikan Panduan
Adanya panduan atau langkah-langkah bagaimana sebaiknya bertindak juga bisa membantu anak melewati stres. Memberikan panduan di sini bukan lah bersifat paksaan tetapi anjuran agar anak mendapat bayangan yang akan terjadi ke depannya atau bagaimana sebaiknya bersikap. Di kemudian hari panduan ini tidak perlu ada utamanya ketika anak sudah pernah berada di situasi yang kurang lebih sama.
4. Memotivasi
Ketika anak kita mengalami stres, alangkah baiknya jika kita tidak menyalahkan. Sebaiknya kita memilih kalimat yang positif sehingga membangkitkan semangat sang anak. Misalnya, ketika anak mendapat nilai di bawah standar yang ditentukan sekolah. Orang tua sebaiknya tidak langsung memarahi anak, mengucapkan kalimat negatif dengan nada tinggi. Apalagi mengucapkan kalimat negatif tersebut berulangkali sepanjang hari kepada sang anak ditambah dengan menceritakannya kepada orang lain. Sungguh hal ini akan membuat anak justru tidak termotivasi. Alangkah baiknya jika orang tua mengajak sang anak bicara dari hati ke hati, untuk menggali isi hati anak dan penyebabnya. Dengan demikian, orang tua bisa menolong anak untuk memotivasi mereka dengan tepat.
5. Menemani
Menemani anak dalam masa-masa stres tentu akan menyemangati anak dalam menghadapi dan melewatinya. Apalagi ketika mereka masih di usia batita dan balita. Tentu saja orang tua perlu bijak ketika menemani, jangan sampai membuat mereka justru menjadi sangat tergantung pada orang tua. Anak-anak perlu ditemani sekaligus diajarkan kemandirian agar anak bisa menghadapi sendiri hal-hal yang bisa membuat mereka stres. Contohnya adalah ada anak yang stres ketika hari pertama sekolah. Anak saya misalnya (Christo, 2 tahun 10 bulan), butuh waktu beberapa hari untuk bisa masuk ke kelas sendiri tanpa menangis, mengerti bahwa sekolah itu menyenangkan dan tidak perlu ditakuti. Apakah saya menemani? Ya, untuk hari pertama. Selanjutnya? Negosiasi, tarik ulur, terus memberi pengertian, mengajak mereka untuk tidak takut, dan konsisten. Biasanya ada klimaks anak menangis, membuat kita menjadi sangat tersentuh dan tidak tega ☺ Jadilah seperti pemain layang-layang, kita tidak bisa menarik terlalu keras karena benang akan putus, tetapi kita juga tidak bisa membiarkan layang-layang begitu saja karena juga akan membuat layang-layang tidak terbang dan jatuh entah di mana.
6. Melaporkan ke Sekolah
Kadang-kadang anak bercerita hal yang buruk yang terjadi hari itu yang membuatnya stres di sekolah. Misalnya ada teman yang mengganggunya. Orang tua perlu bijak dalam menyikapi cerita sang anak, tetap berpikir objektif dan tidak reaktif. Tidak ada salahnya jika orang tua menelpon (atau mendatangi) pihak sekolah untuk mengetahui versi lainnya dan menceritakan versi sang anak. Sekolah yang bijak biasanya akan menanggapi dan membantu Anda. Jika misalkan pihak sekolah tidak mengetahui cerita sang anak, orang tua bisa berdiskusi dengan pihak sekolah, meminta bantuan untuk melihat dan mengawasi. Dengan demikian Anda sedang membantu anak Anda mencari jalan keluar persoalan yang terjadi.
Ketahui style Anda & pasangan Anda sebagai orang tua. Temukan yang dapat kami lakukan untuk membantu Anda mengetahui kecenderungan masing-masing sehingga dapat menjadi orang tua yang lebih efektif. |